✲ Tautan :: Official Trailer – Waiting for ‘Superman’
✲ Jam tayang TV :: HBO = Kamis 21 Maret 17:10 ; Jumat 22 Maret 05:10
Film “Waiting for ‘Superman’ (2010)” adalah salah satu karya sutradara Davis Guggenheim dan penulis Billy Kimball yang masuk peringkat ‘top-100’ film-film dokumenter dunia. Film dokumenter Guggenheim yang mungkin lebih dikenal di Indonesia adalah film “An Inconvenient Truth” (2006) yang membicarakan pemanasan global dan menampilkan wapres Al Gore sebagai tokoh utamanya.
Film “Waiting for ‘Superman'” menampilkan Geoffrey Canada, seorang guru dan pemerhati pendidikan lulusan Harvard, dan membicarakan sesuatu yang sedang banyak digunjingkan di Tanah Air, yaitu Hakikat dan Sistem Pendidikan. Alkisah, tak kurang dari Guggenheim sendiri yang menghadapi pilihan sulit ketika dia mulai menyekolahkan anak-anaknya di Amerika sono, beranikah beliau mendaftarkan putranya ke sekolah pemerintah? Ternyata tidak, dan akhirnya tetap saja ia mau tak mau memilih sekolah swasta untuk anak-anaknya. Mengapa?
Ternyata, di Amrik administrasi sekolah-sekolah pemerintahnya cukup semrawut, semakin tinggi anggaran pendidikan malah tak menghasilkan lulusan yang lebih baik, bahkan timbul fenomena sekolah-sekolah ‘gagal’ (failing schools), yang sebagian daripadanya sakin kelamnya sampai-sampai dijuluki ‘Dropout Factories’ (pabrik siswa putus sekolah). Kok bisa?
Dalam penuturan di film ini dari hasil riset, ternyata sekolah-sekolah gagal ini bukan produk dari lingkungan dan kemiskinan, namun akibat dari kurangnya ‘Superman’ saja, apakah itu super dalam upaya mendidiknya, super dalam adminsitrasi sekolahnya, hingga super dalam memberi perhatian kepada siswa-siswa satu demi satu, karena toh tak mungkin semua siswa sama.
Nah, bagaimana dengan sistem pendidikan nasional kita yang sekarang sedang disusun-ulang kurikulum-kurikulumnya? Apa saja pelajaran yang bisa kita ambil dari semrawutnya pendidikan Amerika?
Memang terkadang punya andil dalam membangun bangsa dan komunitas membuat kita seolah-olah menjadi juru selamat sejati, begitu pula setiap yang berkecimpung dalam pendidikan kerap terseok ke situ. Betapa tidak, perkembangan anak memang terkadang nampak sebagai mini-mukzizat, dan kebetulan kita yang sedang menjadi gurunya. Masalahnya, apakah dengan begini sudah pasti berarti ‘sekolah’ kita adalah yang terbaik? Beberapa sekolah terkadang tiba-tiba terjangkit merasa besar dan benar, merasa punya peringkat dan menciptakan peringkat, padahal hanya menyampaikan paket minimum saja sesuai silabus dan kurikulum yang dipegang masing-masing dan bukan secara ‘super’ lagi! Apakah ini ‘pendidikan’, atau ‘pabrik percetakan’?
Sekolah-sekolah dan college-college mitra UKDeenstay di Britania Raya, tanpa kecuali, kami pilih karena kepedulian ‘super’nya – kenali dirimu dan semestamu melalui sekolah di Inggris Raya pada jenjang SD, SMP dan SMA. Simaklah program School in UK kami.
A.I.Adjie
Diskusi
Komentar ditutup.